JAKARTA – Sepatu petualangan MRC MX mungkin sudah banyak yang mengenalnya, khususnya para petualang roda dua yang hobi menerabas medan penguji nyali. Kualitas dan ketahanannya pun tidak diragukan lagi, hingga produk lokal milik anak bangsa ini kini sudah menembus pasar internasional.
Mang Cahyadi saat menerima tim media Indonesia Ride Adventure di kantornya, Rabu (30/9). Foto: Bobby Triadi
Hadir sejak 1999 di Kota Bandung, produk sepatu MRC MX berbahan kulit ini tetap bertahan sebagai produk Hand Made atau buatan tangan. Bahkan, sampai produk strap pengikat sepatunya yang berbahan dasar plastik ini pun diproduksi sendiri oleh Cahyadi Charlie (Owner MRC MX) di pabrik sepatunya yang masih terhitung sebagai Home Industry.
Kisah perjalanan MRC MX ini membawa kami tim media Indonesia Ride Adventure ke pabrik rumahan pembuatan sepatu yang sudah menembus pasar internasional tersebut. Seperti apa sih kisah awal munculnya brand sepatu anak bangsa tersebut?
Kepada kami, Mang Cahyadi bercerita lugas mengenai awal munculnya idenya tersebut untuk membuat sepatu petualangan tersebut. Kehadiran sepatu MRC MX, dimulai dari hobinya yang suka berpetualang menggunakan sepeda motor trail bersama sahabat-sahabatnya yang sama-sama memiliki hobi berpetualang.
“Karena kita hobi, salah satunya dikondisi bermain motor dengan beberapa perjalanan proses di lapangan kami melihat teman-teman bahwa untuk main di adventure salah satu propertinya ya itu sepatu. Karena pada tahun 2000-an tu, sepatu motor trail tu susah didapat dan harganya luar biasa. Maka dari ide bermain dengan teman-teman, kita coba membuatkan satu produk berbahan kulit dengan inovasi dan kreasi sendiri, Alhamdulillah, MRC bisa membuat satu produk adventure berbahan kulit,” ujar Cahyadi kepada kami, Rabu (30/9) di kantor MRC MX.
Awalnya, Cahyadi memproduksi sepatu adventure berbahan kulit itu hanya seorang diri. Hingga akhirnya kini, sepatu MRC MX sudah memperkerjakan 10 orang karyawan.
“Kalau cerita itu sebetulnya, cuma saya sendiri. Kita dari proses analisa produk dari luar, sepatu kita bongkar, kita analisa, kita belajar pengembangan terhadap produk itu apa, akhirnya kita belajar ke teman-teman yang udah expert dibidang sepatu. Akhirnya kita bisa memahami karakter sepatu dan fungsi yang akan dipakai dan Alhamdulillah kita dengan seiring waktu kita bisa mempunyai teman-teman ya kurang lebih sekarang sekitar 10 orang,” ujarnya lagi.
Hingga kini, pabrik sepatu milik Cahyadi masih tetap mempertahankan produksinya dengan cara Hand Made (buatan tangan) dengan tetap mengikuti perkembangan kebutuhan untuk menambah kualitas dari sepatu MRC MX.
“Kita pembuatan Hand Made 100% dengan beberapa analisa dan perkembangan produk, maka kita terbuat dari bahan kulit, kebetulan dalam perjalanan ada sebagian kita inovasi untuk strap kita produksi sendiri,” tambahnya.
Hanya saja Cahyadi enggan berbicara tentang keunggulan dari produk sepatunya. Dia hanya menyampaikan pengalaman-pengalaman yang diceritakan oleh teman-temannya yang sudah menggunakan sepatu buatannya tersebut.
“Kalau dibilang keunggulan, mungkin kalau saya bicara, saya terlalu membanggakan, tapi saya berbicara atas nama teman-teman yang telah pakai sepatu MRC. Salah satunya yaitu satu, nyaman. Kedua, berbahan kulit. Ketiga, solnya itu dari karet. Dari situlah mereka bicara bahwa MRC itu kuat, nyaman dan tahan lama. Kata teman-teman kita yang udah pakai,” ceritanya.
Seiring dengan perkembangan, Cahyadi mengembangkan produk sepatu adventure-nya. Dari awalnya sebagai sepatu buat trail ke adventure dan hingga ke sepatu untuk kebutuhan touring.
“Dengan beriring perkembangan dan kita bersilaturahmi dengan teman-teman yang sehobi, MRC bukan beralih, kita mengembangkan produk itu dari trail ke adventure. Terus ke hiking dan mudah-mudahan kita berinovasi lagi ke touring kita akan lakukan proses pengembangan-pengembangan produk,” ujarnya optimis.
Pemasaran produk sepatu MRC MX juga terbilang unik, hanya mengandalkan pertemanan yang berperan sebagai reseller. Namun, produk sepatu anak bangsa yang tidak disokong oleh biaya promosi yang besar-besaran ini kini bisa menembus pasar asia hingga eropa.
“Dengan seiring waktu, MRC MX dari tahun 1999 sampai saat ini Alhamdulillah kita banyak teman-teman yang support jadi reseller terutama dari Jawa, Sumatera, Kalimantan, sampai ke Timor Leste. Jadi, Alhamdulillah dengan banyak bersilaturahmi dan banyak berteman produk kita bisa masuk ke baik di dalam negeri maupun ke luar negeri. Ya contohnya kemarin kita ada yang dari Malaysia, dari Thailand, dari Philipine dan terakhir kemarin dari Inggris dan dari Jerman,” tandasnya.
Demikianlah pertemuan kami dengan Mang Cahyadi yang tanpa terasa suasana diluar pun sudah gelap. Pertemuan yang penuh keakraban itu pun terpaksa kami sudahi, karena harus segera kembali ke Jakarta.